Saat ini industri mobil listrik makin berkembang dan memiliki berbagai macam pilihan, mulai dari BEV, HEV, PHEV, dan FCEV. Cara kerja setiap jenis dari mobil listrik ini pun berbeda-beda.

Electro mobility (E-mobility) merupakan istilah yang digunakan untuk perkembangan teknologi transportasi bertenaga listrik untuk menggantikan kendaraan bertenaga fosil dan mengurangi emisi gas, sehingga lebih ramah lingkungan.

Mobil listrik sendiri secara definisi adalah kendaraan yang sebagian atau keseluruhan motor penggeraknya menggunakan tenaga listrik dan baterainya dapat diisi ulang. Mobil listrik pertama kali diproduksi pada tahun 1880-an.

Mobil bertenaga listrik semakin populer pada akhir abad 19 dan awal abad ke-20. Hal ini disusul dengan berkembangnya teknologi sistem penyimpanan daya, khususnya baterai. 

Kendaraan dengan aliran listrik 100% atau electric vehicle (EV) sangat mungkin menjadi alternatif untuk pengelolaan energi di masa depan.  Namun selain EV, terdapat kendaraan hybrid dan juga plug in hybrid. Berikut penjelasannya:

1. Kendaraan hybrid atau Hybrid Electric Vehicle (HEV) adalah kendaraan dengan mesin konvensional dan tidak memiliki fitur plug in charging, dan masih menggunakan bahan bakar minyak. Namun, kendaraan hybrid ini juga menghasilkan listrik dengan passive charging pada mesinnya. Emisi karbon CO2 yang dihasilkan berkisar 70-80 gram/km.

Mobil berjenis HEV di antaranya adalah Toyota Camry Hybrid, Honda Civic Hybrid, dan Nissan X-Trail Hybrid.

2. Kendaraan Plug in hybrid electric vehicle (PHEV) merupakan kendaraan yang menggunakan kombinasi mesin konvensional dengan small electric motor dan small high voltage battery. Artinya, kendaraan ini menggunakan bahan bakar minyak, namun juga menggunakan baterai. Emisi karbon CO2 yang dihasilkan berkisar 45-50 gram/km.

Mobil berjenis HEV di antaranya adalah Toyota Prius PHEV, Mitsubishi Outlander PHEV, BMW i8, dan Honda Clarity.

3. Kendaraan Battery Electric Vehicle (BEV) adalah kendaraan yang sudah tidak menggunakan bahan bakar minyak atau sepenuhnya memanfaatkan tenaga listrik. Untuk mengisi daya, kendaraan ini menggunakan pasokan listrik di stasiun pengisian listrik umum.

Beberapa mobil dengan teknologi BEV ini adalah BMW i3, Ford Focus Electric, Volkswagen e-Golf, dan Tesla Model S.

4. Kendaraan Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) adalah kendaraan yang menggunakan teknologi yang dihasilkan sel bahan bakar. Dimana teknologi tersebut adalah reaksi kimia hidrogen dengan oksigen untuk menghasilkan energi.

Setelah mengenal berbagai jenis mobil listrik di atas, kini saatnya kamu mengetahui kelebihan dan kekurangannya..

Photo by Michael Fousert on Unsplash 

1. Biaya pengisian baterai lebih murah daripada bensin

Salah satu kelebihan dari mobil listrik dibandingkan mobil dengan bahan bakar minyak adalah biaya isi baterainya yang murah.

Untuk contoh, pengisian penuh baterai pada mobil Hyundai ioniq membutuhkan biaya Rp 60 ribu. (1 kWh=Rp 1.400). Untuk kemampuan jelajah mobil ini ketika full charge adalah 373 Km.

Jadi, untuk tiap jarak per kilometer, kamu hanya membutuhkan biaya Rp 160, sangat murah kan?

2. Ramah Lingkungan

Poin ini selalu menjadi hal yang digaungkan oleh para produsen mobil listrik. Namun, memang benar, mekanisme laju kendaraan yang menggunakan listrik tidak menimbulkan residu berupa karbondioksida ataupun karbon monoksida. 

3. Kabin tenang dan tidak mengganggu

Berbeda dengan mobil konvensional, mobil listrik tidak menghasilkan getaran ketika mesin dinyalakan. Hal ini dapat menjadi nilai tambah untuk memberikan kenyamanan bagi para penggunanya.

4. Biaya perawatan lebih murah

Mobil berdaya listrik diklaim lebih menghemat biaya perawatan. Pasalnya, mobil listrik tidak perlu repot ganti oli, busi koil, ataupun mengganti radiator.

Servis mobil listrik hanya untuk memeriksa mekanis, rotasi ban, spooring, balancing, penggantian filter udara kabin dan bilah wiper, serta pengisian cairan wiper.

Namun, di balik kelebihan yang ditawarkan, ada pula beberapa kekurangan yang harus kamu pertimbangka sebelum membeli mobil listrik.

Photo by Ralph Hutter on Unsplash 

1. Stasiun pengisian bahan bakar listrik belum tersebar luas

Mengingat mobil jenis ini memerlukan listrik untuk mengisi daya, maka keterbatasan stasiun pengisian daya menjadi salah satu pertimbangan bagi para konsumen yang ingin membeli mobil listrik. 

Di Indonesia, stasiun pengisian bahan bakar hanya tersedia di beberapa mal di kota besar seperti Jakarta dan Tangerang.

2. Biaya penggantian baterai yang mahal

Walaupun biaya perawatan mobil listrik lebih murah daripada mobil konvensional, bukan berarti sama sekali tidak perlu mengeluarkan biaya besar. 

Salah satu hal yang mengerikan bagi para pengguna mobil listrik adalah ketika baterai mobil rusak. Jika hal ini terjadi, maka biaya yang dikeluarkan untuk mengganti baterai tidak sedikit. Tak ketinggalan, pemesanan harus menggunakan metode indent dan tidak bisa dipesan secara langsung.

3. Pengisian daya yang lama

Hal ini menjadi poin yang harus kamu pertimbangkan sebelum membeli mobil listrik, pasalnya pengisian daya mobil listrik membutuhkan waktu berjam-jam. 

Berbeda dengan mobil konvensional yang hanya cukup ke stasiun pengisian bahan bakar terdekat dan hanya butuh beberapa menit untuk pengisian ulang. 

4. Harga mobil lebih mahal

Seperti yang kita ketahui, mobil listrik di Indonesia masih dibanderol dengan harga yang sangat tinggi dan lebih mahal daripada mobil konvensional. Hal inilah yang menjadi masalah bagi para konsumen yang ingin membeli mobil listrik.

Nah, itulah beberapa poin yang dapat kamu jadikan pertimbangan sebelum membeli mobil listrik. Selalu usahakan bijak sebelum membeli sesuatu ya!