Mengenal temperature market untuk menentukan segmentasi audiens adalah langkah yang perlu diambil oleh para marketer. Sudahkah kamu melakukannya?
Atau, kamu belum pernah mendengar temperature market? Baik, kalau begitu Kinaja akan menjelaskannya untukmu!
Jadi, temperature market adalah istilah yang digunakan untuk memetakan target bisnismu.
Temperature market sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yaitu cold market, warm market, dan hot market.
Wah, apalagi itu cold-warm-hot market? Nah, Kinaja akan bahas satu per satu ya. Yuk, scroll terus!
Cold Market
Cold market adalah orang-orang yang belum atau tidak kenal atau asing sama brand-mu.
Tentunya, kamu tidak ingin membeli produk dari brand yang tidak kamu kenali, kan? Kamu akan lebih percaya dengan brand yang familiar denganmu.
Bahkan, Forbes menyebutkan bahwa 92% orang yang mengunjungi website-mu untuk pertama kali tidak siap membeli produk atau jasamu.
Maka, pada tahap ini sangat wajar kalau marketer sering “bakar uang” demi meningkatkan brand awareness dari brand-nya.
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan marketer untuk membangun brand-nya seperti membagikan promo, voucher, diskon, atau endorser, iklan TV, iklan billboard, hingga tester, dan lain-lain.
Warm Market
Pada kategori ini, orang-orang sudah mengenali brand-mu, tetapi belum sampai ke tahap membeli.
Sebab, mereka masih mencari informasi brand mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah mereka.
Misalnya, kamu ingin membeli shampoo anti ketombe. Kamu tahu bahwa brand ini dapat mencegah ketombe, tetapi kamu masih bimbang apakah brand tersebut yang terbaik buatmu.
Maka, seringkali kamu bertanya ke keluarga atau teman yang menggunakan brand tersebut. Kamu juga menonton video review pada YouTube.
Di sini, marketer bertugas untuk meyakinkan calon konsumen untuk membeli produknya.
Hot Market
Hot marker adalah orang-orang yang sudah mengenali dan membeli produkmu.
Orang yang masuk ke dalam kategori ini mudah dipersuasi untuk membeli produk, karena sudah terbangun kepercayaan antara konsumen dengan brand-mu.
Nah, mereka yang termasuk kategori hot market sangat berpotensi untuk menjadi pelanggan tetap, lho! Untuk itu, sebaiknya kamu berikan penawaran terbaik untuk memikat hot market-mu dengan mudah.
Cold ke Hot Marketer? Beginilah Strateginya!
Setelah mengetahui penjelasan dari ketiga jenis di atas, sekarang Kinaja akan menjelaskan cara marketer untuk mengubah cold market ke warm market, hingga menjadi hot market.
Tahap pertama, kamu bisa membuat calon konsumen aware akan keberadaan produkmu.
Ingat, pada tahap cold market, kamu jangan berusaha membujuk audiens untuk membeli produkmu. Melainkan, kamu perlu mengedukasi mereka akan permasalahan yang mereka hadapi.
Mereka mungkin sadar mempunyai masalah, tetapi mereka belum tentu tahu persis apa masalahnya.
Kamu bisa mulai dengan menyampaikan masalah dalam pesan pemasaranmu. Sebagai contoh:
“Apa Bunda merasa kesulitan mengeluarkan asi untuk sang buah hati?”
Headline tersebut mengedukasi ke ibu hamil yang sadar akan gejalanya (kesulitan menyusui). Dan kamu bisa menambahkan alasan mengapa ASI pada ibu hamil tidak bisa keluar.
Cara ini akan meningkatkan peluang mereka untuk mengklik iklanmu atau mencari tahu lebih jauh tentang produkmu.
Selain melakukan edukasi di media sosial atau media lainnya, kamu dapat mengajak public figure alias influencer atau key opinion leaderuntuk mempromosikan produkmu atau melakukan endorsement.
Strategi lain yang bisa kamu pakai ialah membuat webinar yang sekaligus mempromosikan produkmu.
Tahap kedua, untuk warm market kamu dapat menunjukkan keunggulan produkmu dibandingkan brand lainnya.
Kamu bisa membandingkan keunggulan atau manfaat produk dan harga produkmu dibandingkan kompetitor. Misal :
“Dengan mengonsumsi XX dapat mempelancar asi Bunda. Khusus hari ini, beli 1 gratis 1.”
“Tenang Bunda karena XX sudah teruji praklinis.”
“3 dari 5 Bunda merasakan peningkatan volume asi dalam 3 hari, loh.”
Lalu, kamu juga bisa mempersuasi audiens dengan memberikan bonus atau scarcity. Strategi scarcity ini sudah diteliti dan terbukti ampuh untuk digunakan.
Contoh dari scarcity yaitu :
- Batas waktu tertentu. Misal: “Diskon 50%, khusus hari ini saja!”
- “Stock sisa 30 pcs, yuk buruan dibeli!”
Berikutnya, pada tahap hot market, kamu tidak boleh berhenti meski mereka sudah membeli produkmu.
Kamu harus memikirkan langkah selanjutnya, yaitu bagaimana mereka membeli lagi (repeat order) atau mempromosikan produkmu kepada orang lain.
Pertama, kamu dapat melakukan upselling atau crossdown selling.
Upselling adalah strategi marketing di mana kamu mendorong konsumen untuk membeli produk yang lebih banyak dibandingkan yang pertama kalinya.
Kamu bisa mempersuasi dengan memberikan bonus. Misal, “Beli 2, Free Ongkir.”
Lalu, kamu bisa menerapkan strategi marketing yang mendorong konsumen untuk membeli produk berbeda yang masih berhubungan dengan produk awal mereka pilih. Misal, menawarkan pompa ASI elektrik.
Strategi lain yang bisa kamu gunakan ialah reseller. Tak hanya jadi pembeli, kamu dapat mengajak konsumenmu untuk menjadi reseller yang menjual ulang produkmu dan mendapatkan keuntungan.
Dengan cara ini, kamu pun dapat sekaligus menjalin hubungan dengan konsumenmu.
Terakhir, bangunlah hubungan jangka panjang dengan konsumen, khususnya customer loyalty. Misal, kamu bisa memberikan produk baru untuk mereka atau mengucapkan selamat ulang tahun.
Bagaimana, sudah jelas, bukan? Jadi, setelah membaca artikel ini jangan ragu untuk langsung mempraktikkannya kepada target pasarmu ya!