Hal apa yang pertama terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata “tiktok”? Apakah seorang wanita yang tengah berjoget? Atau tips berbisnis? Atau bahkan seorang pria yang hobby makan cabe rawit?

Beberapa hal di atas berhasil hadir di TikTok karena beberapa perubahan yang terjadi pada platform video pendek ini. Sebelumnya, kami yakin kamu mengenali platform ini sebagai sarana berjoget “dua jari” dari seorang remaja bernama Prabowo Mondardo atau dikenal sebagai  Bowo Alpenliebe. Parahnya, mungkin kamu beranggapan bahwa media sosial yang satu ini justru punya banyak dampak buruk dan juga “alay”.

Tapi bagaimana ceritanya sebuah platform video pendek yang alay berubah menjadi media sosial paling banyak diunduh sepanjang 2020? Begini ceritanya!

Ternyata Ini Alasan TikTok Begitu Populer Di Indonesia - 1
Photo by : Solen Feyissa on Unsplash 

Kita mundur ke awal mula bagaimana TikTok dibuat. Zhang Yiming, pria asal China yang pada 2012 membuat sebuah perusahaan yang bernama, Bytedance. Perusahaan ini fokus dengan peluncuran layanan berita daring yang sangat mengandalkan kecerdasan buatan (AI). 

Beberapa tahun kemudian, dia membuat TikTok sebagai tandingan dari Musically yang saat itu banyak digunakan remaja untuk ber-lipsync dengan lagu-lagu pilihan. Aplikasi Musical.ly, yang digemari remaja dan mencapai seratus juta pengguna aktif bulanan saat itu adalah bagian dari strategi ByteDance yang lebih besar untuk masuk ke pasar AS membuat Musical.ly lalu diakuisisi oleh ByteDance pada November 2017.

Mereka menyerap banyak hal dari Musical.ly ke dalam aplikasi TikTok. Pengguna Musical.ly yang ada dimigrasi ke akun TikTok baru mereka, yang telah diperbarui dengan antarmuka baru tetapi masih mempertahankan fitur inti dari kedua aplikasi: video berdurasi pendek

Pada awal 2019, video bertemakan ‘glow up transformation’, yang memperlihatkan pengguna yang saat ini dianggap lebih cantik atau lebih tampan dibandingkan dirinya terdahulu. Ini membuat TikTok sangat menarik untuk digunakan dan cukup menjelaskan mengapa TikTok begitu cepat populer.

Ternyata Ini Alasan TikTok Begitu Populer Di Indonesia - 2
Photo by : Solen Feyissa on Unsplash

Namun kepopuleran yang hadir di luar, sulit diikuti di indonesia. Sekitar 2019 awal, banyak pengguna media sosial di Indonesia mulai menggunakannya. Namun belum seperti saat ini, saat itu TikTok dianggap alay. Kebanyakan orang memandang TikTok sebagai aplikasi sampah yang hanya digunakan untuk berjoget tidak jelas dan digunakan oleh para remaja “sok gaul”.

Namun TikTok tidak mengalah begitu saja. Sadar Indonesia adalah pasar yang menjanjikan, beberapa transformasi dilakukan guna menarik minat audiens untuk menggunakan produk mereka. Mereka memanfaatkan rasa bosan dan malas kebanyakan audiens menggunakan platform lain dalam menerima konten informatif. Mereka mengambil kesempatan ini dengan keunggulan mereka yang cocok dengan keinginan orang indonesia yang kurang disadari. Ya, video berdurasi pendek.

Mereka melakukan perubahan penempatan, dengan menggaungkan Campaign “pembersih alay” seperti campaign sama-sama belajar yang beberapa kali pernah kamu lihat seliweran di FYP kamu.

Ternyata Ini Alasan TikTok Begitu Populer Di Indonesia - 3
Photo by : antonbe on pixabay

Selain itu TikTok cukup dimudahkan oleh pandemi yang membantu mereka. Dari analisa kami, kami mendapatkan bahwa angka yang disentuh TikTok semuanya terjadi dalam kurun waktu yang singkat dan masuk dalam waktu pandemi merebak. 

Berdasarkan riset Sensor Tower kuartal kedua 2020, TikTok diunduh lebih dari 300 juta pengguna pada kuartal pertama dan kedua pada 2020. TikTok juga menjadi aplikasi non-gaming yang paling populer selama Juni 2020.

TikTok bahkan mengalahkan aplikasi video conference, Zoom, yang mana marak digunakan selama masa pandemi COVID-19. Laporan dari Sensor Tower mencatat TikTok diunduh sebanyak 87 juta kali pada Juni 2020. Meningkat 52,7 persen year on year dibanding Juni 2019, sebelum kasus pertama COVID-19 muncul.

Bisa kami bilang juga, TikTok merupakan pelarian dari kebanyakan masyarakat yang krisis hiburan selama pandemi. Setidaknya, menurut laporan State of Mobile, yang melacak tren perilaku konsumen di berbagai aplikasi seluler dari 2019 hingga 2021.

Laporan tersebut menemukan bahwa di AS, orang yang menggunakan ponsel Android sekarang menghabiskan rata-rata 24,5 jam di TikTok per bulan, dibandingkan dengan 22 jam per bulan di YouTube.