Ingat foto diatas? Bila tidak, biar kami ingatkan. Di akhir 2020 lalu sempat ramai perbincangan di internet soal sebuah billboard yang menunjukan sosok Arief Muhammad dengan Tagline “Siap Menjadi Nomor Satu” seolah-olah sedang mencalonkan diri pada Pemilu. 

Beragam respon diberikan mulai dari dukungan agar Arief amanah dalam tugasnya, sampai kekecewaan karena arief mulai merambah dunia politik. Sayangnya, semua orang di internet tertipu! 

Ya, ini adalah bagian dari strategi marketing untuk sebuah brand fashion, Prepp Studio, brand yang akhirnya diakuisisi oleh Arief Muhammad. Strategi yang keren bukan? Strategi ini bernama, Riding The Wave Marketing. 

Sebentar, kenapa namanya Riding The Wave?

Riding The Wave” alias “menunggang gelombang” ini ibarat seorang peselancar yang memanfaatkan ombak untuk mencapai tujuan. Semakin besar ombak, akan semakin bagus untuk peselancar. Dalam dunia bisnis, hal ini berarti pelaku bisnis memanfaatkan isu yang hangat dan banyak dibicarakan oleh banyak orang menjadi celah pemasaran bagi bisnisnya. 

Photo : Isai Ramos on Unsplash

Tapi isu ini perlu ditelaah dan disesuaikan, supaya lebih cocok dengan identitas bisnis terkait. Sebagai contoh, Arief Muhammad dengan prep studio yang memanfaatkan ramainya isu politik di tengah pandemi COVID-19. 

Riding The Wave ini bukanlah konsep baru dalam dunia bisnis. Banyak perusahaan pernah menerapkan strategi ini dalam berbagai kesempatan. Dalam pemanfaatannya, pelaku usaha perlu berpikir cepat dan strategis agar dapat mengejar momentum sebelum ombak hilang.

Strategi Riding The Wave juga pernah digunakan Burger King saat mengunggah pesan yang mengajak konsumen memesan makanan pesaingnya seperti McDonald’s, Carl’s Jr, Wendys, KFC, dan lain-lain dalam rangka memerangi dampak pandemi. 

Photo : Teknologi.id

Pesan ini akhirnya jadi perbincangan masyarakat di media sosial dan dengan cepat beberapa restoran mengikuti langkah Burger King mengunggah ucapan terima kasih agar tidak hilang momentum.

Dalam pemanfaatan dan penggunaan Riding The Wave kita perlu bersikap cepat tanggap untuk selalu terdepan dalam melahap berbagai macam isu yang sedang ramai diperbincangkan. Untuk itu, manfaatkan media sosial sebaik mungkin adalah salah satu cara untuk mengejar sebuah isu.

Kita bisa menggunakan beberapa media sosial seperti tiktok dan twitter yang sejauh ini selalu terdepan dalam beberapa isu hangat. 

Photo : Slidebean on Unsplash

Namun banyak pelaku pemasaran dan periklanan yang melupakan keselarasan antara ide kampanye dan konten dengan product role sehingga hanya berhasil untuk brand awareness saja. Kebanyakan dari mereka hanya merancang Riding The Wave hanya sampai sebuah konten meledak, tanpa ada tindakan lanjut untuk audiens.

Pelaku pemasaran mesti memikirkan pertanyaan, “What’s Next” setelah konten dan materi kreatif dibuat. Penting untuk memiliki tujuan dan merancang call-to-action yang akhirnya akan berguna untuk tidak kehilangan kesempatan mengarahkan audiens ke penjualan ketika mereka terpapar oleh konten yang kita buat.

Yang juga tak kalah penting adalah untuk berhati-hati dalam menggunakan strategi ini. Tidak semua isu hangat bisa digoreng menjadi sebuah strategi marketing ini. Penting untuk memperhatikan brand-positioning dan citra brand di mata masyarakat luas. 

Jika salah langkah, mungkin brand kita akan berujung seperti salah satu penyedia layanan internet di Indonesia. Bukannya mendapat simpati, penyedia layanan internet itu justru menjadi bulan-bulanan netizen yang kecewaan.